Bagaimana Mau Maju?

Mau berubah, bagaimana, orang twitter aja ga tau, social media aja asing, bilangnya bidah, sesat dll. banyak yang berkata "internet itu sesat, facebook itu sesat, apalagi twitter, hahaha sesat sekali, itu bid'ah karena jaman nabi tidak ada, dan itu sesuatu yang baru jadi tidak boleh". yaah pandangan seperti itu belakangan ini sontak sering terdengar di kalangan masyarakat, yang mana ada golongan yang menyesat nyesatkan golongan yang lain. seolah olah golongannya dengan golongan yang lain tidak akur, padahal setiap golongan muslim adalah bersaudara.menurut penulis, ini adalah titik kelemahan yang harus dikuatkan, yang mana banyak sekte dan golongan yang menganggap bahwa golongannya lah yang paling benar dan menganggap golongan yang lain adalah salah atau sesat. hal demikian dapat dimanfaatkan oleh golongan lain untuk memecah belah antar golongan muslim.ya mungkin pengaruh kolonialisme sudah mendarah daging menguasai idealisme anak anak bangsa, sehingga susah untuk berfikir maju. dari dulu yang dipermasalhkan anatr golongan terus, golongan ini pakai qunut, golongan itu tidak pakai qunutr, golongan ini begini, golongan itu begitu. huff, bagaimana mau maju, jika yang diributkan hanya antar golongan saja, memikirkan kepentingan golongan saja?. ya mungkin hal demikian yang membuat muslim tidak lekas maju dan berjaya seperti dulu. kebanyakan muslim di negri ini melupakan sejarah kejayaan muslim pada masanya. "sebaik baik orang adalah orang yang mengigat akan sejarah, jangan lupakan jas mera; kata founding father indonesia". mari golongan golongan muslim di tanah air, mari kiat bersatu dalam mewujudkan cita cita bangsa yang telah dirumuskan oleh pendahulu pendahulu kita. mari kiat ibdah dengan caranya sendiri sesuai tuntunan golongan golongan, janagan sampai bermusuih musuhan, sesungguhnya antar kita adalah bersaudara. mari kita bahu membahu membangun ibu pertiwi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Religi ke Mbah KH Sholeh Darat Semarang

Be The Best of You

#Part1 "Mimpi, Kreativitas dan Kemandirian"