Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Berwawasan Kependudukan Menuju Keluarga Sehat Maju dan Berkualitas
Assalamu’alaikum
Wr Wb
Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semua.
Yang
terhormat Bapak/Ibu Dewan Juri.
Yang
saya hormati bapak/ ibu tamu undangan yang berkenan hadir dalam acara ini,
serta para hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita mengucap syukur Alhamdulillah, atas rahmat Tuhan
kepada kita semua, pada pagi yang cerah ini kita semuanya tetap dilimpahi
rahmat sehingga kita dapat mengikuti Lomba Pidato yang berjudul ”Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Berwawasan Kependudukan Menuju Keluarga Sehat
Maju dan Berkualitas”
Bapak/Ibu sekalian, saat berangkat
menuju tempat ini apakah ada yang terjebak macet? Tidak terasa Semarang
sekarang sudah semakin ramai sehingga jalan raya pun tidak memberi saya celah
untuk jalan. Mungkin ini juga yang dihadapi di Kota-Kota besar lainnya. Bagaimana tidak ramai, menurut Deputi Bidang
Statistis Sosial BPS Wynandin Imawan menuturkan, dengan banyaknya penduduk RI
sampai berjumlah 237,56 juta ini membuat Indonesia berada di peringkat ke empat
dunia untuk urusan penduduk. Diprediksi
sampai dengan tahun 2050, jumlah penduduk RI akan mencapai 288 juta dan berada
diperingkat ke enam.
Sebagai seorang Mahasiswa merasa turut prihatin akan hal ini. Beberapa
masalah yang menyangkut kependudukan dalam bidang pendidikan yang akhir-akhir
ini banyak kita temui seperti anak-anak yang putus sekolah di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat di Indonesia mengakibatkan menahan
lajunya tingkat pendidikan. Pastinya akan banyak anak anak Indonesia, masa
depan Indonesia yang harus hilang sia – sia begitu saja..!!!
Bapak/Ibu, hadirin sekalian yang saya hormati,
Pembangunan berwawasan kependudukan memiliki dua makna. Pertama,
pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang disesuaikan dengan
potensi dan kondisi penduduk yang ada. Kedua, pembangunan berwawasan
kependudukan adalah pembangunan sumber daya manusia yang lebih menekankan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur
semata-mata. Sehingga pembahasan kedua inilah yang akan menjadi parameter saya
dalam menyampaikan pidato ini.
Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan
kemiskinan. Banyak ide
dan teori yang sudah dipaparkan cendekiawan-cendekiawan terdahulu mengenai
hubungan antara pertumbuhan penduduk dan kemiskinan. Salah satunya adalah
Malthus. Malthus meyakini jika pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka
suatu saat nanti sumber daya alam akan habis. Sehingga muncul wabah penyakit,
kelaparan, dan berbagai macam penderitaan manusia.
Philip Hauser menganggap kemiskinan tercipta dari
tidak optimalnya tenaga kerja dalam bekerja dikarenakan adanya ketidakcocokan
antara pendidikan dan pekerjaan yang ditekuni. Hal ini disebabkan oleh
tingginya jumlah penduduk yang masuk ke pasar kerja sehingga memaksa pencari
kerja untuk mendapatkan pekerjaan secepat-cepatnya walaupun tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya akibat ketatnya persaingan dalam mencari
kerja. Kedua pemaparan ahli tersebut
bermuara ke satu arah yakni jumlah penduduk yang besar sebagai penyebab
timbulnya kemiskinan. Sampai-sampai ada
idiom yang menyebutkan bahwa ”tidak ada
yang bertambah dari keluarga miskin kecuali anak”.
Merencanakan
dan mengatur keluarga adalah soal kemanusiaan yang sekarang ini sedang
diusahakan pelaksanaannya oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Kalau
pembangunan itu adalah pembangunan manusia, maka kelahiran manusia itupun harus
diatur. Pengaturan itu harus diadakan, agar kenaikan produksi tidak dikalahkan
oleh kenaikan kelahiran anak. Usaha perencanaan keluarga harus dilakukan
sedemikian rupa supaya tidak bertentangan dengan hukum yang berjalan dinegeri
ini. Ini semua harus diatur oleh pemerintah
dan harus didukung pula oleh segenap rakyat.
Lalu
apa solusinya?
Dengan konsep pembangunan berwawasan kependudukan, penduduk akan dilihat
secara utuh dengan lima fungsinya, yaitu sebagai diri pribadi yang unik,
sebagai anggota keluarga, sebagai anggota masyarakat, sebagai warga Negara dan
sebagai himpunan kuantitas. Jika kita
tinjau dari sisi pendidikan, program KB akan mempengaruhi kecerdasan anak dan
partisipasi sekolah juga akan meningkat karena perekonomian keluarga lebih
mencukupi untuk anak yang hanya dua daripada lebih dari dua. Sebab jika suatu
keluarga itu sudah direncanakan sebelum anak lahir maka kemungkinan pelatihan,
pembelajaran dan pendidikan si anak akan diperhatikan dengan baik. Maka dengan
begitu akan terwujudlah yang namanya pendidikan yang berkualitas.
Dengan
jumlah penduduk yang besar maka fasilitas- fasilitas sosial, pendidikan dan
pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang padat tidak
terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan penurunan tingkat
pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan
pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga memburuk. Jika
masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat dihindari.
Kesimpulan dari pidato saya ini adalah penduduk merupakan pelaku
pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju
pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas
penduduk melalui fasilitas pendidikan,
perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama, dengan
memasukkan pembelajaran mengenai KB ke
dalam kurikulum SMA sederajat maka remaja dapat mengenal program KB dalam arti
luas dari dini dan mengatasi masalah kependudukan serta memberikan solusi dalam
peningkatan pembangunan berwawasan kependudukan yang diikuti dengan perbaikan
kualitas Sumber Daya Manusia. Dengan
meningkatkan kesadaran melalui pendidikan kependudukan maka masyarakat semakin
sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka
diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga
berencana, dan untuk para pemuda menggerakan program generasi berencana
Demikianlah yang dapat kami
sampaikan pada kesempatan kali ini, dengan penuh harapan semoga kita semua
dapat mengambil intisari dari pembahasan tersebut. Kurang lebihnya kami mohon
maaf. Akhirul kalam. Wallahul muwafik, ilaa aqwamith thariiq, Wassalamu'alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh".
Komentar